Kamis, 18 Oktober 2012

SEMUA KARNA CINTA

AKU CINTA KAMU




Aku memiliki kekasih yang tumbuh bersamaku. Dia adalah teman sejak kecilku. Namanya REZA DRAGIAN. Aku selalu menganggapnya teman sampai tahun lalu, ketika kami sedang mengikuti wisata yang diadakan oleh sekolah. Aku sadar kalau aku telah jatuh cinta padanya. Sebelum wisata sekolah selesai, aku menyatakan cinta padanya. Dan akhirnya, kami menjadi sepasang kekasih, tapi kami memiliki cara yang berbeda dalam menunjukkan rasa cinta kami.
Aku yang selalu memberikan perhatian penuh padanya, tapi disekitarnya selalu dikelilingi oleh gadis-gadis lain. Bagiku, dialah satu-satunya. Tapi bagi dia, mungkin aku sama seperti gadis-gadis lainnya.
“REza, apa kau mau nonton bersama minggu ini?” Aku bertanya.

“Aku tak bisa.”
“Kenapa? Apa kau mau belajar di rumah?” Rasa sedih mulai menjalari hatiku.
“Tidak…. Aku mau bertemu dengan temanku.”
Dia selalu seperti itu. Dia bertemu gadis-gadis didepanku, tanpa rasa bersalah sekalipun. Baginya, aku hanyalah seorang ‘kekasih’. Kata ‘cinta’ hanya datang dari mulutku. Sejak aku mengenalnya, aku tak pernah mendengar dia berkata ‘Aku suka kamu’ sama sekali.
Bagi kami, tak ada hari peringatan untuk hubungan kami. Dia tak pernah mengatakan apapun sejak hari pertama kita jadian. Dan itu berlangsung terus hingga 100 hari, 200 hari….
Setiap hari, sebelum kami mengucapkan salam berpisah, dia selalu memberikanku sebuah boneka, setiap hari, tak pernah seharipun dia tak memberikannya padaku. Aku tak tahu apa alasannya berbuat seperti itu.
Lalu suatu hari….

Aku     : “Uhm…. Eza…. Aku….”
Reza    : “Apa? Tak usah seperti itu. Katakan saja.”
Aku     : “Aku suka kamu.”
Reza    : “Kau…. Uhmm…. Ambil boneka ini dan pulanglah.”

Itulah caranya untuk mengabaikan ‘tiga kata’ dariku dan memberikan sebuah boneka lagi. Kemudian dia menghilang sambil berlari. Boneka yang setiap hari diberikannya untukku, memenuhi kamarku, satu demi satu. Jumlahnya sangat banyak….
Dan pada hari ulang tahunku yang ke 15, pada saat aku bangun pagi, aku membayangkan pesta ulang tahun bersama dengannya. Karena itu, aku menanti di kamarku, menunggu telepon darinya. Tapi…. Siang telah berlalu, kemudian malam…. Dan langit terlihat semakin gelap…. Dia tetap belum meneleponku.
Aku mulai merasa lelah menanti telepon yang tak kunjung berdering. Kemudian, sekitar jam 2 subuh, tiba-tiba dia meneleponku dan membuatku terbangun dari tidurnya. Dia menyuruhku keluar rumah. Dan aku merasa sangat bahagia.

Aku     : “Reza….”
Reza    : “Ini, ambilah….”

Lagi, dia memberikanku sebuah boneka.

Aku     : “Apa ini?”
Reza    : “Aku tak memberikannya padamu kemarin. Jadi aku memberikannya sekarang. Baiklah, sekarang aku akan pulang, bye.”
Aku     : “Tunggu, tunggu! Kau tahu hari apakah ini?”
Reza    : “Hari ini? Huh?”

Aku merasa sangat sedih, aku berpikir dia mengingat hari ulang tahunku. Dia berbalik dan berjalan seperti tidak terjadi apapun. Kemudian aku memanggilnya….

Aku     : “Tunggu….”
Reza    : “Apa ada yang ingin kau katakan?”
Aku     : “Katakan…. Katakan kalau kau suka padaku….”
Reza    : “Apa?!”
Aku     : “Katakan padaku….”

Aku memeluknya dan menangis. Tapi, dia hanya mengatakan kata-kata yang dingin dan pergi.

Reza    : “Aku tak ingin mengatakan…. Kalau aku menyukai seseorang dengan semudah itu. Kalau kau sangat ingin mendengarnya, carilah lelaki lain yang bisa mengucapkannya kepadamu.”

Setelah berkata seperti itu, dia berlari pergi. Kakiku terasa sangat lemah…. Dan aku terjatuh diatas tanah. Dia tak ingin mengucapkannya semudah itu…. Bagaimana bisa dia…. Aku merasa…. Mungkin dia bukanlah pria yang tepat untukku….
Setelah hari itu, aku mengurung diri di rumah dan menangis, terus menangis…. Dia tak meneleponku, walaupun aku menunggunya. Dia hanya terus memberikan boneka setiap pagi diluar rumahku. Begitulah boneka itu memenuhi kamarku…. Setiap hari….
Setelah sebulan, aku mulai pergi ke sekolah kembali. Tapi luka di hatiku terbuka kembali…. Aku melihat dia di jalan…. Dengan gadis lain…. Dan dia tersenyum, senyum yang tak pernah diperlihatkannya padaku…. Sambil memegang sebuah boneka…. Aku segera berlari kembali ke rumah dan melihat semua boneka yang ada di kamarku, air mataku pun mengalir…. Mengapa dia memberikan ini untukku…. Boneka-boneka ini semua dia dapat dari gadis-gadis lain….
Karena sudah dipenuhi oleh amarah, aku melempar boneka-boneka itu. Tiba-tiba, telepon berdering. Dia meneleponku. Dia menyuruhku keluar ke tempat perhentian bus di depan rumahku. Aku mencoba untuk menenangkan diriku dan berjalan menuju tempat perhentian bus. Aku terus mengingatkan pada diriku bahwa aku harus melupakannya, dan…. Hubungan ini akan segera berakhir. Dan dia datang ke hadapanku, memegang boneka yang besar.

Reza    : “Aku pikir kau marah padaku. Tapi kau tetap datang….”

Aku tak bisa membencinya, dia bersikap seperti tidak ada yang terjadi dan bercanda padaku. Dan dia memberikan boneka itu padaku seperti biasanya….

Aku     : “Aku tak butuh ini.”
Reza    : “Apa? Kenapa?”

Aku mengambil boneka itu dari tangannya dan melemparkannya di jalan.

Aku     : “Aku tak butuh boneka ini! Aku sudah tak membutuhkannya! Aku tak ingin melihat kau lagi!”

Kemarahanku tak tertahankan, dan akhirnya aku mengeluarkan apa yang telah kusimpan di hatiku sejak lama. Tapi, tidak seperti hari-hari lainnya, wajahnya kali ini terlihat sangat terkejut.
“Maafkan aku.” Dia berkata dengan suara kecil. Kemudian dia berjalan di tengah jalan untuk mengambil boneka itu.

Aku     : “Dasar bodoh! Mengapa kau mengambil boneka itu lagi?! Biarkan saja!”

Tapi dia mengabaikan aku dan terus berjalan untuk mengambil boneka itu. Tiba-tiba….
*Honk~ Honk~*
Dengan suara yang klakson yang besar, sebuah truk yang besar berjalan menuju ke arahnya.
“Reza! Awas! Pergi dari sana!” Aku berteriak…. Tapi dia tidak mendengarku. Dia membungkuk dan mengambil boneka itu.
“Reza! Awas!” *HONK~!!* “Boom~~” Suara itu sungguh sangat menyakitkan.
Itulah caranya untuk pergi dariku. Caranya untuk pergi, tanpa membuka matanya dan mengucapkan sepatah katapun padaku.
Setelah hari itu, aku melewati hari-hariku dengan kesedihan dan penyesalan kehilangan dirinya…. Dan setelah melewati 2 bulan seperti orang gila…. Aku mengeluarkan boneka-boneka itu.
Itu adalah satu-satunya pemberian yang dia berikan padaku sejak kami berpacaran. Aku mengingat kembali hari-hari saat aku menghabiskan waktu bersama dengannya dan mulai menghitung waktu…. Saat kita masih bersama….
“Satu…. Dua…. Tiga….” Begitulah…. Aku mulai menghitung boneka-boneka itu….
“Empat ratus delapan puluh empat…. Empat ratus delapan puluh lima….” Aku selesai menghitung 485 boneka itu
Aku mulai menangis kembali dengan boneka di tanganku. Aku memeluknya erat-erat, dan tiba-tiba….
“Aku suka kamu~, Aku suka kamu~” Aku terkejut dan melempar boneka itu.
“Aku…. Suka kamu….??” Aku mengambil boneka itu dan menekan perutnya.
“Aku suka kamu~, Aku suka kamu~” Ini tidak mungkin!  Aku menekan semua perut boneka-boneka itu satu persatu.
“Aku suka kamu~”
“Aku suka kamu~”
“Aku suka kamu~”
Kata-kata itu keluar dan tak berhenti. Aku.... Suka kamu…. Mengapa aku tidak menyadarinya…. Bahwa hatinya selalu ada bersamaku, menjagaku. Mengapa aku tak menyadarinya kalau dia begitu menyayangiku…. Aku mengambil boneka dibawah tempat tidurku dan menekan perutnya, itu adalah boneka terakhir, boneka yang jatuh di jalan. Ada bercak darah di boneka itu. Keluarlah sebuah suara, suara yang sangat kurindukan….
“Za…. Apa kau tau hari apa ini? Kita sudah saling menyayangi selama 486 hari. Apa kau tau apa arti 486 hari ini? Aku tak bisa mengatakan aku menyukaimu…. Um…. Karena aku terlalu pemalu…. Kalau kau memaafkanku dan mengambil boneka ini, aku akan mengatakan kalau aku menyukaimu…. Setiap hari…. Sampai aku mati…. Za…. Aku suka kamu….”
Airmata mengalir di wajahku. Mengapa? Mengapa? Aku bertanya kepada Tuhan, mengapa aku mengetahui hal ini sekarang? Dia tak bisa berada disisiku, tapi dia mencintaiku hingga saat-saat terakhirnya….
Untuk itu…. Dan untuk alasan itu…. Bagiku…. Ini menjadi pelajaran…. Untuk menjalani hidup dengan indah…. 
END 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar